Rabu, 28 Oktober 2015

JURNAL METODOLOGI Teknik Industri PENELITIAN MEMBANDINGKAN METODE EOQ DAN ROP UNTUK OPTIMALISASI SISTEM PENGENDALIAN BAHAN BAKU




JURNAL METODOLOGI PENELITIAN
MEMBANDINGKAN METODE EOQ DAN ROP UNTUK OPTIMALISASI SISTEM PENGENDALIAN BAHAN BAKU
( STUDI KASUS DI PT. XXZ FURNITURE )





 Disusun oleh :
Suparjo Rustam           : 12.04.51.0015
Ahmad Sholeh                        : 12.04.51.0004
Yohandika Tri. A        : 12.04.51.0008
Sukrina Makhfudi       : 12.04.51.000

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS STIKUBANK (UNISBANK)
SEMARANG
2015





MEMBANDINGKAN METODE EOQ DAN ROP UNTUK OPTIMALISASI SISTEM PENGENDALIAN BAHAN BAKU
( STUDI KASUS DI PT. XXZ FURNITURE )

Yohandika Tri. A, Suparjo Rustam, Ahmad Sholeh
Metodologi Penelitian, Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Unisbank, Semarang

1. Latar Belakang
            Saat ini dunia industri furniture berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan industri furniture dipengaruhi oleh semakin terbukanya arus globalisasi, permintaan atas mebel kayu yang berasal dari Indonesia oleh negara-negara lain juga semakin meningkat jumlahnya. Permintaan ini terutama berasal dari negara Amerika Serikat (29.3%), Jepang (9.6%), Belanda dan Inggris (masing-masing 6.47%). Adanya permintaan yang semakin banyak dan berfluktuasi yang tinggi, maka setiap perusahaan furniture dituntut dapat beroperasi secara lebih efektif dan efisien dalam mengahadapi persaingan. Dalam Pangsa/segmen pasar skala internasional mereka berlomba-lomba memajukan usahanya demi mempertahankan eksistensinya dengan menghasilan produk yang bisa menarik minat konsumen. Karakateristik industri furniture skala menengah dengan jumlah tenaga umumnya menggunakan tenaga kerja relatif banyak yaitu antara 200 sampai 1000 pekerja, dan mesin-mesin yang digunakan sudah menggunakan teknologi yang sudah cukup maju, seperti mesin panel saw, mesin radial arm saw, mesin potong memanjang (altendof), mesin router, hand bor, mesin horizontal bor, mesin vertical bor, multi bor, soft forming, mesin edging dan peralatannya lainnya. Sedangkan dilihat dari bahan baku kayu yang digunakan sangat spesifik . Ada beberapa jenis bahan baku kayu yang umum dipakai antara lain kayu Jati, kayu Agathis, kayu Mahoni, Sonokeling, Rimba dan lain-lain yang bisa dibudayakan. Seiring dengan perkembangan pasar di dunia, maka persaingan pasar di Indonesiapun semakin ketat. Para produsen furniture di Indonesia sendiri bersaing dalam hal kualitas, design, dan harga. Produsen funiture yang ternama di Indonesia, salah satunya PT. XXZ.
Kegiatan perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kegiatan produksi. Proses Pembuatan funiture dalam Pembuatan Produk Funiture diperlukan bahan kayu glondongan berukuran besar. Setiap bahan (material) memiliki karakter dan juga tekstur (kesan raba) yang berbada - beda pada permukaannya. Bahan juga menampilkan warna asli bawaan dari bahan itu sendiri. Secara garis besar, bahan terbagi menjadi 2 jenis. Pertama, bahan dari alam seperti kayu , rotan , bambu , besi , kulit , pandan , dan sejenisnya . kedua , bahan buatan atau sintetis seperti plastik , fibeglass , upholstery , kulit imitasi , dan sejenisnya . Setiap aktivitas desain membutuhkan pengetahuan tentang karakteristik bahan . bahan harus sesuai dengan fungsi funiture yang dirancang . jenis bahan yang dapat digunakan untuk membuat Funiture adalah kayu jati , kayu ramin , kayu nyatoh , meranti , kayu karet , pinus , sono keling , dan masih banyak lagi. penting. Sehingga diperlukan pengendalian persediaan bahan baku yang efektif dan efisien. Pengendalian persediaan bahan baku merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi berlangsungnya kelancaran suatu produksi. Hal ini berlaku untuk semua industri terutama industri yang bergerak dalam bidang manufaktur, seperti industri furniture. Pengendalian persediaan bahan baku merupakan salah satu sistem yang dapat menjamin kelancaran akan ketersediaan bahan baku, sehingga proses produksi akan berjalan dengan lancar. Pengendalian tersebut dapat mencegah terjadinya kekurangan bahan baku yang dapat mengakibatkan terhambatnya proses produksi atau dapat menghentikan kegiatan produksi yang menyebabkan perusahaan menderita kerugian.
Pengendalian sistem bahan baku sangat beragam dan bervariasi dalam penggunaan metode atau teknik pengendalian bahan bakunya. Maka dari diperlukan beberapa metode agar jumlah persediaan bahan baku tetap optimal dan menurunkan biaya pemesanan. Disampin permintaan pasar semakin besar / tinggi karena  menpunyai nilai estetika struktur serat alami. Produk produk yang berasal dari kayu juga mempunyai permintaan yang bervariasi,  seperti kayu lapis (plywood) , blockboard , particleboard , dan MDF. Bahan – bahan olahan dari kayu ini juga dapat digunakan dalam pembuatan funiture. Perusahaan mengadakan kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Untuk mengadakan kegiatan produksi harus ada bahan baku, oleh karena itu didalam dunia usaha masalah bahan baku adalah masalah yang sangat penting. Banyak cara/ teknik pengendalian bahan baku salah satunya EOQ & ROR.

2. Rumusan Masalah
a. Membandingkan metode EOQ dan ROR dalam mengoptimalkan bahan baku?
b.Variabel-variabel apa saja yang berpengaruh dalam metode EOQ dan ROR untuk   optimalisasi bahan baku?
c. Menentukan kelebihan dan kekurangan metode EOQ dan ROR yang digunakan?
                         
3. Tinjauan Pustaka
3.1 EOQ (Economic Order Quantity)
EOQ adalah suatu model yang menyangkut tentang pengadaan atau persediaan bahan baku pada suatu perusahaan. Setiap perusahaan industri pasti memerlukan bahan baku demi kelancaran proses bisnisnya, bahan baku tersebut diperoleh dari supplier dengan suatu perhitungan tertentu. Dengan menggunakan perhitungan yang ekonomis tentunya suatu perusahaan dapat menentukan secara teratur bagaimana dan berapa jumlah material yang harus disediakan. Ketidakteraturan penjadwalan akan memberikan dampak pada biaya persediaan karena menumpuknya persediaan di gudang. Dengan demikian pengelolahan atau pengaturan bahan baku merupakan salah satu hal penting dan dapat memberikan keuntungan pada perusahaan.
Model persediaan Economi Order Quantity (EOQ) Economic Order Quantity atau EOQ adalah jumlah pemesanan paling ekonomis, yaitu jumlah pembelian barang yang dapat meminimalkan jumlah biaya pemeliharaan barang dari gudang dan biaya pemesanan setiap tahun. Asumsi dasar dalam menerapkan metode EOQ untuk dipenuhi yaitu :
Permintaan dapat ditentukan secara pasti dan konstan, item yang dipesan indenpenden dengan item yang lain, pesanan yang diterima dengan segera dan pasti, tidak terjadi stock out serta harga item konstan. dari model ini adalah untuk menentukan nilai Q sehingga meminimalkan total biaya persediaan. Dalam penentuan nilai Q maka Purchasing costdapat diabaikan karena dianggap konstan. Dimana biaya total persediaan adalah sebagai berikut : Biaya total persediaan = Ordering Cost + Holding Cost+ Purchasing Cost Cara lain untuk memperoleh EOQ dengan pendekatan matematis dikenal dengan istilah cara formula. Dengan metode ini digunakan beberapa notasi atau parameter antara lain: TAC = total biaya persediaan tahunan (total annual inventory cost) TOC = total biaya pesan (total annual inventory cost) TCC = total biaya pesan (total carrying cost) R = jumlah pembelian (permintan ) satu periode C = biaya simpan tahunan (rupiah/unit_ S = biaya setiap kali pemesanan Q = jumlah pemesanan (unit/order) Q* = jumlah pemesanan optimum (EOQ) T = waktu antara satu pesanan dengan lainnya TC = total biaya persediana (rupiah per tahun) Biaya pemesanan per tahun S = frekuensi pesanan x biaya pesanan S = (R/Q) x s ........
Biaya penyimpanan per tahun C = persediaan rata-rata x biaya penyimpanan C = (Q/2)x c ....
Biaya total per tahun TC = (R/Q*)x S+ (Q*/2) x C .
 Keterangan : EOQ terjadi jika biaya pemesanan sama dengan biaya penyimpanan atau TOC = TCC, maka : (R/Q*)S = (Q*/2)C 2RS = CQ*2 Q*2 = (2RS/C) Maka : EOQ = Q* = √ 2RS/C
Persediaan pengaman (safety stock) Persediaan pengaman atau safety stock adalah persediaan minimum yang harus tersedia dan hanya dapat digunakan dalam keadaan yang betul-betul darurat. Dengan adanya safety stock maka perusahaan dapat mengalami resiko seminimal yang dapat ditimbulkan karena adanya ketidakpastian kedatangan bahan Besarnya safety stock (B) dapat dicari dengan rumus : B = a x Sdt .
Dimana : B      = safety stock
               A      = frequency level of service
            Sdt      = standar deviasi lead time
3.2 ROP (Reorder point)
      ROP (Reorder Point) pada suatu perusahaan memang sangat penting, karena reorder berarti memperhatikan kembali, lebih jelasnya Suad Husnan, dalam bukunya Pembelanjaan Perusahaan, (2001 : 69) mengatakan reorder point adalah saat yang tepat dimana persediaan dilakukan kembali.
      Apabila tenggang waktu antara saat perusahaan memesan dan barang tersebut datang biasanya disebut lead time sama dengan nol, maka pada saat jumlah persediaan sama dengan nol pada saat itulah dilakukan pemesanan.
Reorder Point (ROP) Yang dimaksud dengan reorder point adalah saat atau titik dimana pemesanan kembali harus diadakan sehingga kedatangan atau penerimaan bahan tepat pada waktunya dimana jumlah persediaan sama dengan safety stock Penentuan titik pemesanan kembali ini menunjukkan kepada bagian pembelian terhadap barang yang akan dibutuhkan. Hal ini ditunjukkan untuk menjaga keseimbangan persediaan serta perusahaan tidak kehabisan bahan jika sewaktu-waktu terdapat jumlah pesanan atau produk yang lebih besar jumlahnya. Pada kenyataannya ,bahan yang lebih besar jumlahnya pada kenyataan bahan yang dipesan tidak dapat dipenuhi atau tersedia karena dibutuhkan jangka waktu untuk pengiriman. Agar datangnya bahan tersebut tepat pada safety stock maa perusahaan harus melakukan pemesanan terlebih dahulu.
 Untuk dapat menerapkan kapan pemesanan kembali dapat dilakukan maka harus diperhatikan tiga unsur yang mempengaruhi, yaitu :
* Waktu antar saat melakukan pemesanan dengan saat bahan sampai di gudang Jumlah safety stock.
* Jumlah kebutuhan tiap kali proses Reorder point (ROP) atau R adalah menunjukkan suatu tingkat persediaan dimana saat itu harus dilakukan pesanan. Dengan rumus sebagai berikut : ROP = (U x L ) + Safety Stock Dimana : ROP = Reorder point U = tingkat kebutuhan per periode L = lead time Persediaan cukup untuk memenuhi kebutuhan selama tenggang waktu (lead time). Jumlah yang harus dipesan harus sesuai atau berdasarkan EOQ.

3.3. PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Pengendalian persediaan adalah merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan termasuk keputusan-keputusan yang diambil sehingga kebutuhan akan bahan untuk keperluan proses produksi dapat terpenuhi secara optimal dengan resiko yang sekecil mungkin. Persediaan yang terlalu besar (over stock) merupakan pemborosan karena menyebabkan terlalu tingginya beban-beban biaya guna penyimpanan dan pemeliharaan selama penyimpanan di gudang. Disamping itu juga persediaan yang terlalu besar berarti terlalu besar juga barang modal yang menganggur dan tidak berputar. Begitu juga sebaliknya kekurangan persediaan (out of stock) dapat menganggu kelancaran proses produksi sehingga ketepatan waktu pengiriman sebagaimana telah ditetapkan oleh pelanggan tidak terpenuhi yang ada sehingga pelanggan lari ke perusahaan lain. Singkatnya pengendalian persediaan merupakan usaha-usaha penyediaan bahan-bahan yang diperlukan untuk proses produksi sehingga dapat berjalan lancar tidak terjadi kekurangan bahan serta dapat diperoleh biaya persediaan yang sekecil-kecilnya.

3.3.1 Jenis jenis persediaan
a. Jenis-jenis persediaan dalam suatu perusahaan menurut fungsinya dapat dibedakan atas:
1.Bath Stock/Lot Size Inventory adalah persediaan yang diadakan karena kita membeli atau       
membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan
2.Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3.Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat.
b. Setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara pengelolan yang berbeda, sehingga dapat dilihat dari jenis dan posisi barang. Persediaan menurut jenis dan posisi barang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis:
1. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu, serta komponen-komponen lain yang dugunakan dalam proses produksi.
2.Persediaan bagian produk atau komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3.Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim kepada pelanggan.
3.3.2 Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan termasuk keputusan-keputusan yang diambil sehingga kebutuhan akan bahan untuk keperluan proses produksi dapat terpenuhi secara optimal dengan resiko yang sekecil mungkin. Persediaan yang terlalu besar (over stock) merupakan pemborosan karena menyebabkan terlalu tingginya beban-beban biaya guna penyimpanan dan pemeliharaan selama penyimpanan di gudang. Disamping itu juga persediaan yang terlalu besar berarti terlalu besar juga barang modal yang menganggur dan tidak berputar. Begitu juga sebaliknya kekurangan persediaan (out of stock) dapat menganggu kelancaran proses produksi sehingga ketepatan waktu pengiriman sebagaimana telah ditetapkan oleh pelanggan tidak terpenuhi yang ada sehingga pelanggan lari ke perusahaan lain. Singkatnya pengendalian persediaan merupakan usaha-usaha penyediaan bahan-bahan yang diperlukan untuk proses produksi sehingga dapat berjalan lancar tidak terjadi kekurangan bahan serta dapat diperoleh biaya persediaan yang sekecil-kecilnya.
            Dalam usaha mengoptimalkan persediaan perlu adanya metode-metode yang mendukung usaha tersebut. Maka dari itu melakukan perbandingan metode yang paling optimal agar persediaan selalu tepat saat digunakan dan menurunkan biaya pemesanan. Dalam proses menentukan optimalisasi pengendalian persediaan pihak-pihak yang berpengaruh adalah dibagian gudang, pemasok, dan konsumen.
4. Metodologi penelitian  
a. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini didapatkan dari UD. ZAMAN BATU
b. Jenis dan Metode Pengumpulan data
Jenis dan pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data        sekunder.Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan dari perusahaan, sedangkan data sekunder merupakan data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen tertulis yang diperoleh dari perusahaan, literature terdahulu maupun dari internet.
c. Konsep Variabel                                                      
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Quantity) yaitu dengan adanya kebutuhan tetap, untuk mengetahui jumlah pembelian pesanan yang ekonomis.Perhitungan EOQ adalah sebagai berikut:
EOQ =  
Dimana:
EOQ = Kuantitas pembelian optimal (m³).
D = kuantitas Penggunaan per periode (m³/tahun).
S = biaya per pesanan (Rp/m³).
H = biaya penyimpanan per unit per periode (Rp/m³/tahun).

Safety Stock (Persediaan Pengaman)
Asrori (2010) mengemukakan bahwa penentuan jumlah persediaan pengamandapat dilakukan dengan membandingkan pemakaian bahan baku kemudian dicari berapa standar deviasinya, dengan rumus sebagai berikut:
Standar Deviasi =
Dimana:
n : Banyaknya periode pemesanan bahan baku.
X: Jumlah penggunaan bahan baku sesungguhnya tiap periode (m³/tahun).
: Rata – rata penggunaan bahan baku (m³).
Untuk mengetahui berapa banyak safety stock (persediaan pengaman) digunakan rumus sebagai berikut :
Safety Stock = SdxZ
Dimana :
Sd = Standar Deviasi
Z = Faktor keamanan dibentuk atas dasar kemampuan perusahaan.

Perhitungan Total Biaya Persediaan Bahan Baku (TIC)
Untuk mengetahui total biaya persediaanbahan baku minimal yang diperlukan perusahaandengan menggunakan perhitungan EOQ. Perhitungan TIC adalah sebagai berikut:
TIC =
Dimana:
D = Kuantitas Penggunaan per periode (m³/tahun).
S = Biaya per pesanan (Rp/tahun).
H = Biaya penyimpanan per unit (Rp/m³/tahun)
5. Pengolahan dan Analisis data
Analisis Persediaan Bahan Baku Menurut metode EOQ
1. Pembelian Bahan Baku
Perusahaan melakukan pembelian bahan baku 1 (satu) kali per 3 (tiga) bulan, dengan alasan sebagai persediaan dalam proses produksi dan untuk mengantisipasi adanya kelangkaan bahan baku serta kenaikan harga bahan baku.
Tabel 1. Data Pembelian dan Penggunaan Bahan Baku Kayu Cempaka UD
Batu Zaman tahun 2013
           
Dari tabel 1 dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan baku Kayu Cempaka lebih besar dari pada pembelian bahan baku tahun 2013. Penggunaan bahan baku Kayu Cempaka bulan Desember meningkat dikarenakan permintaan meningkat pada waktu itu karena perayaan natal. Penggunaan bahan baku tahun 2013 sebanyak 9,35 m³.Frekuensi pembelian selama tahun 2013 sebanyak 4 kali,karena setiap tiga bulan sekali perusahaan membeli bahan baku. Untuk pembelian rata-rata Kayu Cempaka selama tahun 2013 adalah sebesar 2,3375 m³.

2. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan yaitu biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan diadakannya pemesanan bahan baku dari supplier. Biaya pemesanan setiap kali dilakukan pemesanan terdiri dari biaya telepon, biaya transportasi dan pembongkaran, dan biaya administrasi.
Tabel 2. Biaya pemesanan Bahan Baku Kayu UD. Batu Zaman tahun 2013
           
Untuk biaya yang dikeluarkan perusahaan pada setiap kali pemesanan adalah sebesar Rp. 215.000.
3. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan adalah biaya – biaya yang dikeluarkan karena perusahaan melakukan penyimpanan dalam persediaan bahan baku dalam jangka waktu tertentu. Biaya penyimpanan yang dikeluarkan oleh UD.Batu Zaman yaitu biaya pemeliharaan dan biaya kerusakan.
Tabel 3. Biaya Penyimpanan Per Unit Bahan Baku Kayu Cempaka UD. Batu Zaman pada tahun 2013.
           
Terlihat pada tabel 3 bahwa terdapat dua jenis biaya penyimpanan, yaitu biaya pemeliharaan dan biaya kerusakan.Untuk biaya penyimpanan per unit yang dikeluarkan UD.Batu Zaman adalah sesbesar Rp. 203.208,5.
Analisis Data
1. Perhitugan EOQ
Jumlah penggunaan bahan baku Kayu Cempaka, harga bahan baku Kayu Cempaka per m³, besarnya biaya pemesanan setiap kali melakukan pemesanan dan besarnya biaya penyimpanan per unit (m³) pada UD Batu Zaman periode tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Penggunaan Bahan Baku kayu Cempaka, Harga per unit, Total Biaya Penggunaan, Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan per periode tahun 2013

Dari tabel 4 dapat dihitung kuantitas
pembelian optimal.
Dimana:
EOQ = Kuantitas pemesanan optimal (m³).
D = kuantitas Penggunaan per periode
(m³/tahun).
S = biaya per pesanan (Rp/m³).
H = biaya penyimpanan per unit per
periode (Rp/m³/tahun).
Sehingga jumlah pembelian bahan baku Kayu Cempaka yang optimal setiap kali pesan pada tahun 2013 sebesar 4,448 m³, dengan frekuensi pembelian bahan baku yang diperlukan UD Batu Zaman adalah sebanyak 2 kali.
2. Penentuan Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Safety stock atau persediaan pengaman adalah persediaan untuk mengantisipasi unsur
Jurnal Ilmiah, oktober 2014 ketidakpastian permintaan dan penyediaan. Apabila, persediaan pengaman tidak mampu mengantisipasi ketidakpastian tersebut, akan terjadi kekurangan persediaan (stockout). Penentuan jumlah persediaan pengaman dapat dilakukan dengan membandingkan pemakaian bahan baku kemudian dicari berapa standar deviasinya. Setelah diketahui berapa besarnya standar deviasi maka akan ditetapkan besarnya analisis penyimpangan. Dalam analisis penyimpangan ini management perusahaan menentukan seberapa jauh bahan baku yang masih dapat diterima. Pada umumnya batas toleransi yang digunakan adalah 5 % diatas perkiraan dan 5 % dibawah perkiraan dengan nilai 1,65. Untuk perhitungan standar deviasi dapat dilihat pada tabel 5 berikut :
Tabel 5. Deviasi tahun 2013
Dari tabel5 diketahui bahwa standar deviasi yang diperoleh adalah sebesar 0,1430690392782, sehingga diperoleh besarnya kuantitas persediaan pengaman (Safety Stock) optimal yang harus tersedia di gudang adalah sebesar 0,24 m³.
3. Penentuan Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Saat pemesanan kembali atau Reorder Point adalah saat dimana perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku kembali, sehingga penerimaan bahan baku yang dipesan dapat tepat waktu. Untuk menentukan kapan pemesanan dilakukan, maka digunakan rumus
sebagai berikut :
ROP = Safety Stock + (Lead Time x Q)
Dimana:
ROP = Titik pemesanan kembali
Lead time= Waktu tunggu (Hari).
Safety stock= Persediaan pengaman (m³).
Q = Penggunaan bahan baku rata-rata per
hari (m³/hari).
Diketahui bahwa selisih waktu antara pemesanan dengan penerimaan bahan baku (lead time) adalah 14 hari, dan besarnya safety stock 0,24 m³, jumlah penggunaan bahan baku adalah sebesar 9,35 m³, dan penggunaan bahan baku rata-rata perhari adalah sebesar 0,363 m³. Sehingga tahun 2013 UD Batu Zaman melakukan pemesanan kembali pada saat persediaan bahan baku digudang sisa 0,603 m³.
4. Penentuan Persediaan Maksimum (Maximum Inventory)
Persediaan maksimum diperlukan oleh perusahaan agar jumlah persediaan yang ada digudang tidak berlebihan sehingga tidak terjadi pemborosan modal kerja. Adapun untuk mengetahui besarnya persediaan maksimum dapat digunakan rumus :
Maximum Inventory   = Safety Stock + EOQ
Safety Stock               = 0,24 m³
EOQ                            = 4,448 m³
Persediaan Maksimum = 0,24 m³ + 4,448 m³
  = 4,688 m³
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perhitungan persediaan bahan baku Kayu Cempaka pada UD Batu Zaman dengan menggunakan metode EOQ selama periode tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil perhitungan besarnya EOQ, Safety Stock, Reorder Point, dan Maximum Inventory Bahan Baku Kayu Cempaka Periode tahun 2013
5. Perhitungan Biaya Total Persediaan (Total Inventory Cost)
Untuk mengetahui total biaya persediaan bahan baku minimal yang diperlukan perusahaan dengan menggunakan perhitungan EOQ. Hal ini dilakukan untuk penghematan biaya persediaan perusahaan. Untuk menghitung total biaya persediaan digunakan rumus sebagai berikut :
Dimana: D = Kuantitas Penggunaan
per periode (m³/tahun).
S = Biaya per pesanan (Rp/tahun).
H = Biaya penyimpanan per unit
(Rp/m³/tahun).
Total biaya persediaan yang dikeluarkan UD Batu Zaman menurut metode EOQ pada tahun 2013 adalah sebesar Rp. 881.670,-. Sedangkan untuk perhitungan total biaya persediaan menurut UD Batu Zaman akan dihitung menggunakan persediaan ratarata yang ada di perusahaan dengan menggunkan rumus sebagai berikut :
TIC = (Penggunaan rata-rata) (H) + (S) (F)
Dimana:
H= Biaya penyimpanan per unit (Rp/m³/thn).
S= Biaya pemesanan per pesanan (Rp/m³).
F= Frekuensi pembelian yang dilakukan
perusahaan.
Sehingga tahun 2013 UD Batu Zaman melakukan pemesanan kembali pada saat persediaan bahan baku digudang sisa 0,603 m³.
Perbandingan persediaan bahan baku antara kebijakan perusahaan dengan kebijaksanaan pembelian dengan menggunakan metode EOQ.
6. Kesimpulan dan harapan
Jadi dapat diketahui perbandingan antara kebijaksanaan yang digunakan perusahaan dengan menggunakan metode EOQ yaitu pada tahun 2013 menunjukkan bahwa UD Batu Zaman seharusnya melakukan pembelian bahan baku Kayu Cempaka pada saat persediaan sebesar 0,603 m³. Dengan demikian pada saat bahan baku diterima dengan lead
time 14 hari, persediaan yang tersisa masih 0,24 m³, sedangkan untuk menghindari terjadinya kelebihan bahan baku, jumlah pembelian yang harus dilakukan sebesar 4,448 m³, agar tidak melebihi maximum inventory sebesar 4,688 m³. Total biaya persediaan bahan baku kayu menurut metode EOQ adalah sebesar Rp. 881.670, sedangkan total biaya persediaan bahan baku menurut UD Batu Zaman sebesar Rp. 1.335.000. Jadi terdapat penghematan sebesar Rp. 453.330. Dari hasil tersebut terdapat penghematan total biaya persediaan karena total biaya yang dihitung menurut UD Batu Zaman lebih besar dari total biaya yang dihitung menurut metode EOQ.
6. Daftar pustaka

[1] M. Difana., (2013) Pengendalian persediaan bahan bakuVulkanisir ban, Padang : Universitas Andalas.
[2] D. Rahayu Trisna., (2014) Proses segmentasi pasar pada perusahaan furniture, Jakarta : Universitas Gunadarama.
[3] Linawati., (2013) Analisis sistem pembelian bahan baku terhadap pengendalian intern, Kediri : Pendidikan Ekonomi Akuntansi, FKIP UNP.
[4] Charles Mensah, Daniel Diyuoh, Dorcas Oppong., (2014) Assessment of supply chain management practices and it effects on the performance of kasapreko company limited in Ghana : European Journal of Logistics Purchasing and Supply Chain Management
Vol.2, No. 1, pp.1- 16
[5] Ade Setiawan Gozali., (2012) Implementasi metode economic order quantity (eoq) pada sediaan knop jendela ud. In ja, Samarinda, Jurnal Ilmiah, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Surabaya Vol.1 No.1